Hey.. Maruko !



Assalamu’alaikum wr. Wb Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk nge-blog lagi. Hehe Berhubung saya gak pandai menulis artikel penting jadi saya memutuskan untuk menulis hal-hal yang disukai saja dan mayoritas tidak penting isinya. Haha Baiklah, posting ini berisi tentang kisah eh bukan cerita saja tentang sahabat saya. Saya mulai dengan sahabat saya sejak saya masih Sekolah Dasar. Ini dia ceritanya: 
Waktu itu … saya lupa hari, jam dan menit keberapa, tapi yang jelas waktu itu sepertinya saya kelas 4 SD, tiba-tiba teman-teman sedang heboh membicarakan tentang kedatangan anak baru pindahan dari luar daerah, sebut saja dia Mawar (yaela namanya kayak nama samaran korban asusila saja, ganti!). Sebut saja namanya Maruko (agak jejepangan). Di hari pertama kedatangannya, teman-teman heboh tapi saya heran seheboh2nya mereka kenapa malah mereka menjauhi dan menertawakan anak baru itu ya, si Maruko. Ternyata eh ternyata mereka merasa lucu dengan tampang dan penampilan Maruko yang menurut mereka layak untuk dijadikan bahan lelucon. Tapi, tidak bagi saya. Begitu saya melihat si Maruko yang sedang berdiri dipojok depan kelas sambil manyun dan sedikit bertampang jutek, saya malah ingin menjadi temannya. Haahh dia putih sekali kayak orang china- begitulah kesan pertama saya. Waktu saya mencoba berkenalan dengannya, memang kesan pertama yang dia berikan sedikit menyebalkan dengan gaya jutek dan cara bicaranya yang terkesan sombong membuat banyak teman saya sebel dan enggan berteman dengannya. Tapi, saya melihat sepertinya Maruko anak yang baik hati dan tidak sombong, entah dia rajin menabung atau tidak. Karena itu saya ingin menjadi temannya. Nah itulah pertemuan pertama saya dengan Maruko. 
Sejak SD dia sering diejek dan dijadikan bahan tertawaan oleh teman-teman. Saya mengerti sekali rasanya dibully dan diejek seperti itu, melihatnya saja menyebalkan namun saya tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun Maruko sering diejek atau dipermalukan, dia tak pernah menangis (didepan saya).Terkadang dia membalas ejekan tersebut atau pukulan dari orang lain. Ternyata sejak itu saya tahu kalau Maruko itu keras kepala dan tidak takut. Ya, Maruko memang begitu. Bicaranya pedas dan judes (rawwrrrr…) , terhadap siapa saja berani berkata sejujurnya meski itu pahit dan menyakitkan, terkadang dengan nada tinggi. Tidak sedikit yang sakit hati dengan gaya bicaranya. Tapi saya tidak. Sekali lagi saya tidak. Saya merasa biasa saja dengan cara bicaranya. Saya seperti sudah memakluminya. Meski awalnya saya sulit beradaptasi. Saya tahu dia tetap menyimpan rasa sakit hati pada saat teman-teman mengejeknya tapi dia dengan santainya berkata “biarkan saja anjing menggonggong kafilah berlalu”. Sebenarnya malah saya yang sebal dengan mereka yang sok sempurna itu yang kerjaannya Cuma mengejek saja. Menjadi bahan bullian memang tidak enak, separah-parahnya saya masih parah si Maruko. Tapi dia masih tetap ceria dan sering terbahak-bahak. Hahaha 
Dengan keceplas-ceplosannya itu tidak sedikit yang tidak menyukainya. Hahh terkadang saya menghela napas kalau sudah mendengarnya berdebat dengan orang lain. Yah lagi-lagi dia cara masalah. -.- Kami berteman sampai sekarang. Ketika kami di SMA, ejekan itu masih menghantuinya. Masih ada saja yang berani mengejeknya. Namun kali ini Maruko membiarkannya saja tanpa membalasnya. Saat aku bertanya “kamu gak papa?” dia menjawab “yup, sudah biasa. Biarkan saja”.
Ohya pernah suatu ketika waktu SMP kami bertengkar dan bermusuhan cukup lama. Waktu itu saya lupa apa pemicu pertengkaran kami. Yang jelas setiap bertemu kami berdua pasti saling ejek-mengejek. Hahaha. Pulang sekolah kami selalu bersama-sama, jika beda kelas maka kami akan saling tunggu. Nah sewaktu kami bertengkar, kami tetap pulang sekolah bersama hanya saja sambil mengejek satu sama lain. Hahaha lucu sekali rasanya kalau diingat. Setiap hari pulang bersama tapi dalam keadaan saling membenci dan sepanjang perjalanan terus-terusan perang mulut. Saat itu kami bertiga, saya lupa mengenalkan satu sahabat saya , anggap namanya Ayumi. Si Ayumi ini adalah tritagonisnya yang selalu melerai dan mencoba membuat kami akur kembali. Singkat cerita kami akur setelah lamaaa sekali bermusuhan mungkin hampir setahun kali yaa.. :D 
Maruko itu memang anak yang baik hati. Dia anak yang ceria dan pemberani. Terkadang judes sekali. Haha tapi tak apa. Menyenangkan jika berbicara dengannya. Dia tak seperti teman-teman saya kebanyakan yang suka membicarakan laki-laki dan gossip-gosip yang gak penting. Maruko senang berbicara dengan dunia dan isinya, misteri , pengetahuan luar, dan hal-hal yang aneh. Hahaha kami memiliki kesamaan yakni sama-sama menyukai komik sehingga itu membuat kami suka membaca dan berbagi komik bersama. Kami juga sama-sama menyukai anime. Wah kalau sudah membicarakan tokoh anime rasanya seperti sedang membicarakan keluarga sendiri. Hihihi. 
Saya senang mendengarkan kisah-kisahnya yang dia dapat dari buku-buku pengetahuan yang dia baca, Maruko senang sekali membaca buku, novel dan sejenisnya. Kami sering keperpustakaan, mencari buku-buku yang unik untuk dibaca. Maruko sering menceritakan tentang impian-impiannya kelak, tentang harapan-harapanya dan banyak hal yang belum pernah kudengar dari orang lain kudapat dari dia. Terkadang dia menjadi polos dan tidak tahu apa-apa. Haha Maruko itu tidak pernah memuji saya secara langsung atau berkata “wah kamu hebat” dsb. Dia lebih sering mengkritik dan mengomentari saya dengan jutek pula tapi itu malah membuat saya senang dan berkata “Oke!”. :D. Sewaktu saya kuliah di Jakarta, dia pernah menelepon dan berkata “Awas ya kalau pulang tiba-tiba pake jilbab gede yang panjang, udah gitu warna itam bercadar pula. Kalau kamu berubah begitu, aku gak mau lagi jadi temanmu”. Hahaha saya malah ketawa cekikikan mendengarnya, dan saya menjawab “Iya iya! Haha”. Saya tahu dia tidak serius. :p 
Meskipun kami sudah berteman lama, tidak semua hal tentangnya saya ketahui. Kami berdua tetap memiliki privasi masing-masing. Ada hal yang tidak dapat kami berdua ceritakan atau bagikan. Dulu setiap ingin main, saya tidak mendapat izin darinya jika ingin bermain dirumahnya, jadi Maruko lebih sering kerumah saya. Sempat penasaran kenapa tapi saya yakin Maruko pasti memiliki alas an kenapa saya tdak boleh kerumahnya. Akhirnya setelah berteman cukup lama sekitar 4 tahun saya baru mengetahui kalau keadaan rumah tangga keluarganya memang tidak begitu harmonis, dia khawatir kalau saya kerumahnya saya akan melihat adegan-adegan yang tidak baik. Dengan keadaan keluarganya yang seperti itu dia masih ceria di sekolah, itu membuat saya bangga padanya. Dia kuat ungkap saya dalam hati. 
Saya hanya sekali melihat Maruko menangis, pada saat adiknya meninggal dunia. Adiknya yang sebaya dengan adik perempuan saya meninggal karena kecelakaan tabrak lari kendaraan roda dua. Saat itu saya juga shock. Sewaktu saya melayat kerumahnya, saya mendengar jeritan tangisannya, tentu saja Maruko sangat menyayangi adiknya. Maruko sampai harus dikunci dikamarnya karena memaksa ingin membalas dendam kepada orang yang telah menabrak adiknya. Tangisannya membuat saya sangat sedih saat itu. Ingin menangis rasanya saat itu tapi saya tahan. Maruko juga manusia biasa, disinilah dia terlihat lemah. 
Maruko sangat marah jika saya pulang kampung namun sebelumnya tidak mengabarinya. Tapi itu cuma basa-basi , toh setelah itu kami masih ketawa-ketiwi gak jelas sambil bercerita tentang keadaan masing-masing. :D Sekarang kami sudah 14 tahun bersahabat, semoga kami masih tetap menjadi sahabat yang baik. 

No comments:

Post a Comment