Oleh : Pudji Susilowati, S.Psi
X seorang mahasiswa yang suka pilih-pilih teman.Ia mudah
melihat kekurangan teman dan mencapnya sebagai orang yang tidak baik. Dan
lantas ia menghindar berteman dengan orang itu. Lama-lama dia tidak punya teman
karena semua orang punya cacat di mata X. Akhirnya X kesepian.
Manusia sering dikatakan sebagai makhluk yang tidak pernah puas pada
sesuatu yang dimilikinya
atau pada orang lain. Manusia sering memvonis orang tidak
baik kalau menemukan hal-hal yang tidak disukainya. Apakah Anda juga termasuk seseorang yang memiliki sifat seperti ini?
Makna dibalik Sebuah
Dongeng Sebelum
kita bahas hal ini, terlebih dahulu saya akan bertanya pada Anda
pernahkah Anda menonton atau membaca dongeng yang berjudu Beauty & The Beast atau film yang berjudul Shrek? Jika Anda sudah pernah menontonnya, kira-kira pelajaran apa
yang dapat Anda tangkap dari dongeng Beauty
& The Beast atau film yang berjudul Shrek?
Anda pasti tahu kalau dongeng Beauty
& the beast mengisahkan tentang si cantik yang bersedia menerima si
buruk rupa apa adanya, akhirnya si buruk rupa berubah menjadi si tampan. Apa
sebenarnya makna dari dongeng Beauty
& the beast? Sebagian orang melihat
kalau si buruk rupa bisa berubah jadi pangeran tampan. Jika
dianalisa lebih dalam, salah satu pesan yang
ingin disampaikan dari dongeng beauty & the beast dan sejenisnya bahwa persepsi manusia terhadap kelemahan orang lain
bisa berubah kalau menemukan sisi positif / kebaikannya. Dan film Shrek yang mengisahkan kisah percintaan Shrek si raksasa dengan putri cantik
hendak menyampaikan bahwa cinta sejati akan menerima orang lain apa adanya.
Jika
kita bercermin diri, sudahkah kita menjadi orang yang bersedia menerima orang lain apa adanya dan lebih melihat
kelebihan yang dimiliki oleh orang lain? Memang tak dapat dipungkiri jika pada
saat ini sebagian besar masyarakat lebih senang menghina dan mencela seseorang karena kekurangan dan noda atau kesalahan yang pernah
dibuatnya. Hinaan dan celaan seolah-olah sudah menjadi budaya. Sebagian besar masyarakat masih senang mencari kekurangan orang lain daripada melihat kelebihan yang dimiliki.
Sumber-sumber Ketidak
puasan pada Orang Lain Ada ketidakpuasan
yang sifatnya positif, karena membuat kita berusaha semakin baik atau tidak
melakukan tindakan yang menimbulkan masalah dan ketidakpuasan. Namun ada
ketidakpuasan negatif, yang bersifat destruktif karena dilandasi rasa benci,
iri hati, dengki dan keinginan untuk menghancurkan / mengalahkan pihak lain.
Misal, kita tidak suka tetangga beli TV flat
screen yang besar, kita juga ingin punya yang lebih besar lagi sampai berhutang
yang mencekik leher.
Ketidakpuasan manusia bukan hanya terbatas pada harta atau barang yang dimiliki tetapi juga dalam hubungan interpersonal. Adapun menurut Gunadi (2004)
faktor-faktor yang dapat menjadi sumber ketidakpuasan manusia pada sesamanya, antara lain faktor fisik. Bentuk
dan postur tubuh serta adanya cacat tubuh menjadi salah satu factor sumber
ketidakpuasan dalam hubungan interpersonal. Ada orang yang lebih senang bergaul
dengan orang yang postur tubuhnya ideal, wajahnya ganteng / cantik,
penampilannya keren. Itu sudah jadi rahasia umum. Kalau tidak, orang tidak akan
berlomba-lomba meningkatkan penampilan. Kedua, temperamen. Ada orang yang merasa
tidak puas kalau berkomunikasi dengan orang yang pendiam, pemurung, orang yang
pesimis, pasrah pada kenyataan; sebaliknya ada
yang merasa tidak suka berinteraksi dengan si periang dan aktif. Beberapa faktor
lain yang turut mempengaruhi adalah budaya, agama, pendidikan, dan usia.
Secara psikologis,
ketidakpuasan yang kita ekspresikan pada orang lain pada dasarnya bersumber
pada diri sendiri. Mengapa? Salah satu factor
penyebab self-righteousness (melihat orang lain buruk dan diri sendiri lebih
baik) ini adalah pola asuh orangtua yang cenderung abusive baik verbal,
emosional maupun fisik. Orangtua demikian lebih sering mengkritik, menghina,
meremehkan anak daripada memberikan pujian atas kelebihan atau kemampuan anak. Dan
meski anak sudah berusaha seoptimal mungkin, pujian dan pengakuan dari orang
tua tidak kunjung diberikan. Anak seperti ini tumbuh dewasa dengan keyakinan
bahwa dirinya not good enough person
dan sering dibayangi ketakutan akan penolakan lingkungan. Banyak orang yang
seperti ini di dalam masyarakat kita. Mereka berlomba untuk mendapat pengakuan,
mencapai standard yang tidak jelas tingginya dan sebaliknya, meletakkan
tuntutan yang tidak rasional, baik terhadap diri sendiri maupun pada orang
lain.
Dalam situasi seperti
itu, orang makin sensitive terhadap penolakan dan mempersepsi ketidakterlibatan
dirinya sebagai sebuah konfirmasi bahwa dirinya tidak cukup baik, sementara ada
oranglain yang lebih baik darinya. Orang demikian, akan mudah merasa terancam
dengan kehadiran orang lain sehingga hubungan interpersonal tidak bisa terjalin
dengan terbuka, hangat dan diwarnai ketulusan. Tiap orang berada dalam iklim
kompetisi yang tidak sehat, saling curiga dan berusaha mencari-cari kekurangan
orang lain untuk mengamankan posisi diri sendiri.
Solusi Bagaimana caranya agar kita dapat mencapai kepuasan dalam menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain? Sebenarnya, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar hubungan interpersonal antara kita dengan sesama lebih berkualitas
dan bermakna, yakni :
- Menyadari bahwa setiap
manusia dikaruniai
keunikan yang berbeda, tergantung pada panggilan hidup
masing-masing
- Menghargai keunikan yang
melekat pada diri orang lain dan mensyukuri keunikan, bakat dan potensi yang Allah
karuniakan pada kita.
- Bersikap empati pada
orang lain
dan melihat persoalan serta tantangan hidup yang harus dijalaninya.
- Melihat
kelebihan orang lain dalam konteks yang luas, dikaitkan dengan sejarah
kehidupan di masa lalu serta perjalanan hidup yang akan di tempuhnya di masa
mendatang, serta tanggung jawab yang diembannya.
Dengan melihat secara luas, kita terhindar dari sikap iri hati dan dengki
melihat kelebihan orang lain.
- Tidak memandang orang
lain hanya dari penampilan fisik, namun pada kualitas dirinya (hati, kejujuran,
kemampuan, keahlian, kualitas pekerjaannya, prestasinya, kebijaksanaannya, dsb)
- Berikan cinta yang tulus
pada orang lain,
bukan pura-pura demi memperoleh balasan.
- Hindari perilaku ingin
menguasai dan
mengendalikan orang lain.
- Terapkan sikap saling
menghormati dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
- Sering-seringlah
melakukan introspeksi diri sehingga kita tidak perlu sibuk mencari kekurangan orang lain.
- Berusahalah untuk
mengasihi orang lain seperti Anda mengasihi diri Anda. Orang yang membenci
diri sendiri, akan sulit mengasihi sesamanya.
|
No comments:
Post a Comment